Sunday, October 1, 2017

Salam Rindu di Bulan Tua🍃

Kurang lebih satu bulan, hanya menjadi draft, cerita yang ingin kusampaikan padamu.

Kurang lebih 4 tahun ini salam rindu menyesaki kereta kata tak berarah. Hari ini di Bulan Tua kulepaskan rindu padamu wahai bunga yang telah merekah.

Sejenak kuingin bercerita zaman kisah asmara, kuyakin ini takkan masalah bagimu yang tak berharap bahkan secercah.

Hari itu, aku sedang menjadi pemeran layar kaca.
Saat dirimu bertanya untuk diperbolehkan duduk di kiriku, di bangku sebelah. Seseorang yang dikagumi mengajak duduk bersama, kukira hanya ada dalam drama. Aku memang terlalu besar kepala, aku tahu bahwa hanya bangku disebelahkulah yang tersisa.

Aku tak ingat apa sudah pernah hal ini kusampaikan. Kuselami entri-entri yang telah diterbitkan. Selain kutemukan jawaban tentang ketidakingatan, juga kutemukan tentang betapa menginspirasinya dirimu dalam setiap ketikan.

Ohya, sudahkah dirimu bertanya dalam benak tentang draft yang ingin kuterbitkan? Sebelumnya ketahuilah, ada banyak draft yang lebih baik dibenamkan. Huh aku salah arah dalam penulisan ini, tapi syukurlah dirimu selalu menjadi objek yang tak mengomentari, karena dirimu telah kehabisan rasa peduli. Apakah aku terbaca seperti seseorang yang mengharap kembali? Pertanyaan yang jawabannya sungguh tak perlu diberi.

Wahai bunga yang telah merekah..
Aku teringat kisah yang mungkin aku saja yang mengingatnya. Kisah yang begitu terlintas di kepala ketika seorang lelaki bertanya untuk diperbolehkan duduk di kiriku, di bangku sebelah. Kurang lebih satu bulan lalu sebab itu mengakibatkan rindu yang tak tertahan, segan kusampaikan pada sang tuan, hanya bisa kuterbitkan pada panggung yang telah kehilangan kawan.

Salam Rindu di Bulan Tua, sebuah judul yang kuberikan penuh rasa. Kusenandungkan tanpa sajak bersahaja, yang tersisa hanya makna. Jerih payah berusaha memutus asa, tetapi tetap saja ia ada agar dirimu mengerti setiap kata yang tercurah.




Inikah saatnya aku bernafas lega?

No comments:

Post a Comment