Kulihat kompor listrik itu, ia tampak begitu lemah. Ia ingin diisi dengan energi listrik. Tapi ia harus menampung air agar tidak gosong. Namun air itu akan sia-sia jika tidak dimanfaatkan.
Iba hatiku.
Kubuka tutup itu, lalu kuisikan dengan air galon yang tinggal sedikit.
Kucolokkan (???) kabel itu ke sumber tegangan yang begitu enak.
Lama kutunggu, akhirnya ia mulai kentut (maappp) dengan halus.
Kumasukkan sebungkus
kedalam kompor listrik itu.
Kutunggu sambil kuaduk. Detik demi detik berlalu, rasanya aku sangat membutuhkan counterpain.
Untuk menghargai pihak-pihak tertentu, kutuangkan bumbu-bumbu yang telah mereka sediakan ke dalam sebuah wadah mini kokocrunch (yang entah tak tau lagi keberadaannya).
Lilin kuning itu tampkanya sudah muak berada dalam air yang mulai menguning, dengan hati yang mulia kupindahkan lilin itu ke dalam wadah kecil bumbu-bumbu. Kuharap lilin itu akan bahagia bila bersama bumbu-bumbu tersebut.
Dan inilah mereka :
Thanks to :
1. Allah SWT
2. Mama yang mengajarkanku memasak
3. Kompor listrik punya temanku
4. Wadah kecil punya temanku
5. Sendok siapapun
6. Air galon anak kamar A 1
7. Negara yang telah menydiakan listrik8. WINGSFOOD dan petugasnya
9. Reader yang masih setia <3
No comments:
Post a Comment