Cerita fiksi berdasarkan imajinasi non fiksi #2 (Satu).
"Pagi Machaann!! Gimana gue?"
"Gimana maksud lo apaan? Lo ngapain pakek kacamata item beginian ke sekolah? Lo masih kenal sama malu kan?"
"Yaelah sis, ini kacamata anti badai."
"Lo kata bulu mata Syahroni apa?"
"Hahaha, becanda becanda. Nih ya, kacamata ini dibuat khusus penuh sensor. Gue pesen ini online."
"Kali ini lo becanda atau seriusan?"
"Serius."
"Ha? Seriusan? Lo mesen ke dukun yang bisa online gitu? Tuhan, semoga sahabat hamba satu ini masih waras.... aamiin."
"Apaan sih Chan, ya bukan di dukun lah. Ini kacamata khusus dirangkai buat gue, kacamata ini akan mensensor segala hal yang mata hati gue ga pengen liat. Bisa dibilang alat ini adalah 'alat bantu move on'. Karena, tentunya mantan gue akan tersensor oleh kacamata ini, termasuk pacar ataupun gebetannya mantan gue. Pokoknya apapun yang berhubungan dengan mantan deh. Keren banget kan? Say WOW dong.." Gea menjelaskan panjang lebar dan membutuhkan kata 'WOW' yang seharusnya meluncur dari mulut sahabatnya itu.
"Keren dari mana? Gue pengen buktinya dulu. Ayo sekarang kita ke kelas Marcel."
"Ha? Ke kelas Marcel? Gua ga mau huaaaa...."
"Dih, kok lo nangis sih mblo? Cup.. cup.."
Ternyata, usaha sebagaimanapun kalo hatinya belum bergerak, ya tetep aja bakal menemui kegagalan dari setiap percobaan move on.
H-25.
No comments:
Post a Comment