CerSing Ketiga
"Nam, kamu cantik hari ini."
"HA?" responku lebay dengan tangan yang menutup mulut yang terbuka bulat.
Entah salah dengar atau apa, tapi aku benar-benar mendengarnya. Entah apa yang merasuki pria itu hingga dia berani memujiku. Tapi aku tidak terlalu senang dengan pujian itu. Bukan sombong, bukan juga karena aku tidak suka dipuji. Masalahnya adalah sosok yang memuji itu.
Kabar mengatakan bahwa dia pandai bermain drum. Ya, dia seorang drummer. Memang sering kudengar dia mengetuk-ngetuk meja membuat sebuah alunan mengiringinya bernyanyi. Ya, suaranya juga bagus atau lebih tepatnya merdu.
Itu semua malah mengingatkanku pada seseorang. Ya, seseorang. Sosoknya hampir mirip. Berbicara lembut padaku, mirip alias berbeda. Sosoknya.
Setiap kali ia memukul meja sambil menyanyikan lagu, aku selalu mendengarkannya dengan baik. Lagu-lagu yang ia nyanyikan mengingatkanku pada seseorang. Bahkan ia menyanyikan lagu yang pernah kami nyanyikan bersama dengan gitarnya.
"Nam, mau tau sesuatu gak?"
"Apaan?"
"Sini aku bisikin."
Shock. Aku sungguh tak ingin ini kenyataan. Tapi ini memang nyata. Oh tidak, tidak. Aku tidak akan menyukai seseorang yang mirip dengan seseorang itu, karena bagiku sama saja seperti aku menyukai bayangan masa lalu. Lagipula, aku tak mungkin mengejar dua bayangan yang berlawanan dalam satu waktu. Kau sungguh seseorang yang spesial.
No comments:
Post a Comment