Mari Menulis


PENCAPAIAN DI MASA REMAJA

“Karin.. Karin...”
“Ya Pak? Ada Apa?” Jawabku ketika seorang guru memanggil namaku.
“Ini rin, ada siswa siswi yang telah terpilih sebagai calon peserta olimpiade sains nasionala   atau OSN. Dan kamu adalah salah satu diantaranya dibidang fisika.”
“Ha? Bapak serius?” Tanyaku kaget.
“Iya. Tentu bapak serius. Dan ini ada daftar nama siswa yang lainnya yang akan menjadi teman satu pelatihanmu sekaligus pesaingmu juga.” Jelas pak Jun sambil memberi selembar kertas.

‘Karina Natsha’. Yap. Namaku benar benar tertulis dalam kertas yang berjudul ‘Daftar siswa calon peserta OSN SMPN 7 Jambi’. Aku senang, kaget, bangga .. wah aku sangat sangat gembira. Bagaimana tidak? Aku bukanlah seorang siswi yang menonjol dalam bidang fisika.

Hari itu aku pulang dengan senyuman yang sangat lebar. Aku membawa kabar bahagia untuk papa dan mama. Walau belum menjadi seorang pemenang, tapi aku akan berusaha. Karna aku percaya bahwa besarnya usaha akan sebanding dengan hasilnya dan aku juga percaya bahwa kemauan bisa mengalahkan kemampuan. Tapi sayangnya, hari yang bahagia itu, hari yang aku fikir bahwa orang tua ku akan ikut bangga dan tersenyum penuh kebahagiaan, ternyata salah. Aku tak bertemu orang tuaku. Mereka sibuk dengan pekerjaan mereka dikantor. Mereka tidak peduli. Aku sudah coba menelepon, tapi tidak tersambung. Aku coba mengerti, mungkin mereka sedang rapat penting. Aku berfikir positif, bahwa mereka bekerja keras demi masa depanku nanti.

***
“Kepada para siswa siswi calon peserta OSN harap berkumpul di ruang workshop sekarang.” Bel pengumuman berbunyi, bertandakan aku diminta untuk ke ruang workshop sekarang.

Diruang workshop, kami para calon peserta diberikan kelengkapan peralatan belajar untuk pelatihan olimpiade. Kami juga dijelaskan mengenai sistem pelatihan. Setiap bidang olimpiade akan dibina oleh seorang dosen dan dua guru sekolah secara bergantian. Sayangnya kegiatan ini tentu akan mengganggu kegiatan belajarku dikelas. Tapi itu namanya pengorbanan, asalkan hasilnya tidak sia sia.

Tepat pukul dua siang, hari pertama pelatihan OSN dimulai. Kami diajar oleh seorang dosen dari Universitas Jambi. Seorang dosen yang tidak terlalu tua namun ilmunya segudang. Ibu dosen yang mengajar kami ini orangnya cukup ramah dan baik. Tapi walaupun begitu, karena kegiatan pelatihan ini dilaksanakan siang hari membuat materi yang diajarkan kurang dapat diresapi oleh kami. Kami menghitung tiap menit yang kami lalui saking bosannya dan ngantuk!! Huffftt. Walah walah. Tapi aku harus tetap semangat untuk dapat meraih impianku.

***
Setelah delapan kali pertemuan. Sekolah mengadakan penyeleksian untuk tahap berikutnya. Kami yang awalnya ada 15 orang akan disaring menjadi  7 orang. Sial. Aku sangat menyesal karena tak bisa menahan rasa kantukku saat pelatihan, sekarang aku meragukan diriku untuk masuk ke tahap selanjutnya.

Sudah 5 hari dari tes itu, aku sangat menanti nanti hasilnya. Aku pun menemui Pak Jun untuk menanyakan mengenai hasil tes tersebut. Waktu yang tepat sekali. Pak Jun memang sudah mendapatkan hasilnya. Deg .. Deg .. Deg .. Jantungku berdetak lebih cepat lagi.
“Karin.. Ini hasilnya. Berjuang terus yaa nak.. “ Ucap Pak Jun.
Yuhuuuuuuu. Yey. Aku masuk ke tahap selanjutnya. Tahap 7 besar bersama Sherly, Olga, Diah, Raju, Tsani da Faris. Teman akrabku di pelatihan masuk ke 7 besar semua. Itu berarti mereka mereka inilah pesaingku. Semangatku takkan ciut!! Tapi akan terus berkobar~.

***
Minggu demi minggu berlalu. Waktu perlombaan semakin dekat. Namun masalah datang. Teman temanku menganggap aku lupa akan mereka. Menurut mereka, aku terlalu sibuk dengan pelatihan itu. Yang menyebabkan aku sangat jarang sekali berkumpul bersama mereka belakangan ini. Tentu saja semua tanggapan membuat aku tertekan. Aku seakan dihadapkan pada dua pilihan yang tak bisa kutinggalkan salah satunya. Sungguh di satu sisi aku masih ingin berteman dengan mereka, namun disisi lain aku juga ingin terus mengikuti lomba hingga puncak perlombaan berakhir. Aku ingin membuat keluarga, sekolah dan teman teman bangga terhadapku. Aku ingin membahagiakan mereka dengan apa yang aku korbankan. Tentunya aku tidak mengorbankan peshabatanku itu.

Teman teman menjauhi ku, orang tua tak ada untukku. Aku butuh mereka, tapi mereka tidak menginginkan ku berada didekat mereka. Aku ingin mencurahkan semuanya, tapi mereka benar benar hanya tinggal sekedar bayangan saja. Aku bingung apa yang harus kulakukan. Aku sedih. Aku merasa seolah hidup sendiri. Aku akan berubah, demi teman temanku. Agar mereka menerima ku lagi.

***
H-1. Hari pengumuman siswa siswi yang menjadi wakil dari sekolah untuk menjadi peserta OSN babak pertama esok hari. Tentu saja aku ingin menjadi salah satu wakil dari sekolah dan menjadi pemenangnya. Sungguh perjuanganku tidak sia sia. Alhamdulillah aku dipilih untuk menjadi wakil sekolah dibidang fisika bersama dua temanku Olga dan Raju. Besok kami akan menjadi musuh. Musuh dalam perlombaan alias pesaing merebutkan juara.

“Karin, apa kabar nak? Maaf mama belum bisa pulang ke rumah dan baru bisa hubungin kamu.”
“Mama? Karin kangen mama. Karin baik baik aja kok ma. Mama juga sehat sehat aja kan?. Iya ga papa kok  ma. Karin ngerti kok.”
“Iya mama sehat kok. Makasih ya sayang udah bisa ngertiin mama.”
“ Iya mama.. Ohya ma, besok Karin bakalan ikut Olimpiade Sains.”
“Wah, anak mama hebat. Goodluck my girl. Udah dulu ya sayang, rapat mau di mulai.”
Tut.. Tut.. Tut...
Sungguh singkat namun berarti bagiku. Mama yang super sibuk menyempatkan sedikit waktunya untuk mengetahui kabarku dan mengucapkan ‘Semoga beruntung anakku’. Makasihh ya ma. Karin akan berusaha semaksimal mungkin, supaya bisa jadi orang hebat seperti mama dan papa.

Hari perlombaan pun tiba yaitu Sabtu, 05 Mei 2012. Pagi itu semua terasa berguncang guncang. Buku selalu di gengaman tangan. Membolak balik buku catatan. Mengingat rumus rumus. Dan tentunya berdoa, berdoa semoga semuanya bisa berjalan dengan lancar. Aku berdoa “Ya Allah semoga Karin ga lupa tentang semua yang telah dipelajarin, ga lupa rumus dan Karin bisa lanjut ke babak berikutnya, Amin!”. Semoga Tuhan benar benar membantuku dengan bantuan doa orang tua tentunya.

***
Kamis, 17 Mei 2012. Setelah seminggu lebih sehari dari hari perlombaan, pengumuman pemenang yang masuk ke tahap selanjutnya dan akan mengikuti pelatihan ke Bogor pun telah disebarkan. Apakah aku salah satu diantaranya? Hatiku bertanya tanya. Sekali lagi, Alhamdulillah.

Barang barang yang akan kubawa untuk pelatihn di Bogor telah aku siapkan. Dan seketika aku teringat bahwa mama juga sedang bekerja disana. Aku mencoba menghubungi mama. Tapi percuma, mama sangat sibuk. Dan harapanku agar bisa ketemu mama di Bogor pun kandas.

Pelatihan di Bogor memang seru dan asik. Tapi sepi rasanya, hampa. Aku teringat orang tua dan teman temn. Apakah mereka juga memikirkan ku saat ini? Aku sudah 6 hari di Bogor, apakah mereka merindukan ku? Pertanyaan tidak penting. Tentu saja mereka merindukanku, hiburku terhadap diri sendiri. Entahlah, mereka merindukanku atau tidak. Dan atau mungkin mereka merasa lebih senang tanpa kehadiran ku di sana, tanpa disisi mereka.

Hari ke 7 di Bogor. Hari terakhir pelatihanku. Kami belajar hanya sampai pukul 12 siang hari itu. Dan setelah makan siang kami diajak berkeliling kota sambil untuk membeli oleh oleh. Lagi lagi aku teringat orang tua dan teman teman. Aku kasih oleh oleh apa ya? Bingung. Akhirnya aku membeli beberapa barang unik dan makanan khas  yang semoga mereka suka.

Ketika akan pulang ke Jambi. Sungguh bahagia, kegiatan belajar kami selama di Bogor ini ternyata tidak hanya mendapatkan ilmu, tapi kami juga dibayar. Memang lucu kedengarannya. Menuntut ilmu saja dibayar. Setiap peserta pelatihan diberi uang 2 juta rupiah. Lumayan banyak tuh. Aku merasa seperti seorang karyawan yang baru diberi gaji saja. Hahaha.

Setibanya di Jambi dan masuk sekolah lagi seperti biasanya, aku memberikan oleh oleh kepada teman temanku. Awalnya mereka masih mengacuhkanku. Namun setelah aku bujuk untuk memaafkanku dan berbekal oleh oleh, mereka pun mau memaafkanku. ‘Modus berhasil’ bisikku dalam hati, hehehe. Sekarang masalah pertemananku sudah selesai. Yeeyy. Akhirnya, sekarang aku sudah bisa cukup tenang.

Namun aku sangat terkejut ketika mama dan papa sudah tiba dirumah duluan, tak seperti biasanya juga mereka langsung memelukku dengan erat. Tentunya aku sangat senang. Tapi ketika mama berkata “Perusahaan mama dan papa bangkrut nak. Mama dan papa ditipu. Sekarang yang kita punya hanyalah rumah ini..” ucap mama sambil meneteskan air mata. Mataku pun turut memberi tetesan air ke pipiku. Aku sedih melihat mama menangis. Tapi disisi lain, ini semua ada hal positifnya. Dengan gulung tikarnya perusahaan orang tuaku, maka mereka akan punya lebih banyak waktu untuk dihabiskan bersamaku.

Hari demi hari pun masih tetap ku jalani. Aku masih tetap sekolah dengan sedikit lebih ceria, karena setiap paginya aku dapat melihat wajah mama dan  papa dan menyalami tangan mereka. Namun sayangnya teman teman menjauhiku. Mungkin karena kebangkrutan perusahaan orang tuaku. Kini aku sadar, bahwa mereka bukanlah kawan yang setia. Aku sangat sangat kecewa. Aku tak punya teman lain. Teman temanku kini hanyalah teman sebatas di pelatihan olimpiade saja. Hidupku sepi, tapi tak apalah. Selagi orang tuaku masih disisiku dan masih ada Tuhan.

***
Semakin hari, ekonomi keluarga ku semakin sulit. Mama berniat ingin membuat warung nasi untuk membantu perekonomian kami, tapi tidak ada modal yang tersedia. Penghasilan papa sekarangpun sudah pas pasan untuk biaya makan kami dan biaya sekolahku. Lalu seketika, aku teringat akan hasil uang pelatihanku sewaktu di Bogor. Uang itupun aku berikan kepada mama.
“Mama.. Ini Karin ada uang. Uang ini bisa mama pakai untuk modal buka warung.”
“Banyak sekali uang ini nak. Kamu ga maling kan sayang?”
“Engga kok ma. Uang itu adalah uang hasil pelatihan Karin selama di Bogor kemarin.”
“Di Bogor? Kok mama ga tau?”
“Waktu itu Karin udah coba hubungin mama, tapi handphone mama ga aktif.”
“Maafin mama ya Karin. Selama ini mama kurang perhatian ke kamu. Terimakasih juga kamu sudah menjadi anak yang berbakti kepada orang tua.” Mama berkata sambil memelukku dan meneteskan air mata.

***
Olimpiade Sains babak selanjutnya. Ini adalah  puncak perjuanganku selama ini. Aku benar benar menjadi juara jika aku menjadi juara pertama pada babak ini. Soal dan waktu yang diberikan menurutku tak seimbang. ‘Waduh, soalnya susah banget’, ucapku dalam hati. Beneran susah soalnya, tapi aku ga boleh nyerah. Ini rintangan. Bagian dari mecapai kejuaraan. Aku akan berusaha sebaik mungkin. Aku ingin benar benar membuatku orang tuaku bangga dan mengharumkan nama sekolah. Di sisi lain aku juga berharap teman teman ku akan mau lagi berteman dengan ku walau hampir sebulan kami tidak berteguran.

“Gimana tadi nak?” Tanya Bu Rori, guru fisika ku.
“Soalya menantang banget bu. Tapi saya udah berusaha semaksimal mungkin kok bu. Tapi maaf jika nanti saya tidak bisa memenangkan olimpiade ini.” Jawabku sedih.
“Yaudah. Ga papa kok Karin. Kamu udah lakuin yang terbaik. Sekarang serahkan semuanya sama Allah SWT. Dan kamu terus tetap berdoa ya nak.” Kata Bu Rori.
“Iya Bu. Makasih Bu.”

***
Mama dan Papa tentu sangat bahagia dan bangga kepadaku. Sekolah juga sangat senang mendengar kabar ini. Apalagi aku, seharian aku tersenyum lebar penuh kebangaan. Bagaimana tidak? Karina Natasha seorang siswi biasa yang perusahaan orang tuanya sudah bangkrut dan dia telah dijauhi oleh teman temanya bisa menjadi juara olimpiade sains nasional bidang fisika!! Dengan kondisi seperti itu semangatku tidak pernah surut, aku masih mempunyai semangat yang berkobar tinggi untuk mencapai keinginanku.

Banyak SMA yang menawarkan beasiswa kepadaku. Aku diundang masuk SMA terfavorit di Indonesia, SMA Taruna Nusantara. Hal yang tak pernah kuduga sebelumnya. Melebihi harapanku!! Terimakasih guru guru ku. Tanpa kalian aku takkan bisa meraih juara itu. Dan terima kasih kepada mama dan papa yang selalu mendoa kan ku. Terimakasih teman teman yang sudah mau bercengkrama denganku lagi. Terakhir, terimakasih dan syukur ku ucapkan kepada Allah SWT.

Dari semua ini dapat kupahami, bahwa hidup itu tidak lurus dan tidak datar. Semua penuh dengan cobaan dan masalah. Cobaan dan masalah itu bukan untuk dihindari tapi dihadapi dan diselesaikan. Dan aku juga diberitahu bahwa untuk mendapatkan atau mencapai sesuatu itu perlu pengorbanan. Segalanya yang sudah dikorbankan dan diperjuangkan itu pasti akan sebanding dengan hasilnya. Dibalik pencapaian itupun pasti ada orang orang yang menjadi pendukung sebagai inspirasi dan motivasi.


Oleh,
Saya.

1 comment: