The Last Most Wished - 2

Terjaga aku di malam yang dingin
Terdengar percakapan berbisik dari kamar sebelah

Teringat kupadamu yang pernah tidur membiarkan telepon terus tersambung
Sampai saat ini, masih ada rasa yang terus bergema dari kisah yang telah kaututup

Rasanya terlalu muda untuk melabelkan romantis terhadap yang kaulakukan

Hingga tahun berlalu, kau masih sama.
Dan begitupun aku.

The Last Most Wished

Call me, please.

Am I wrong? Let me know.

Too much things in my mind.

I don't need such a romance,
I need such a share argument.

Yaa, there's nobody see.
I just told you.
I am not askin for attention.
I am seekin it.

Tak Kusampaikan Adalah Caraku Menyampaikan

Jika masih ada ragu
Jangan kau hanya pegang dagu

Jika hendak kau tahu
Maka tanyalah lebih dahulu

Jika kau merasa pilu
Maafkan daku

Jika memang kau tak setuju
Bolehlah kau pergi tanpa rindu

Jika teringat yang lalu
Jangan kau coba lagi tuk tahu

Untuk Sedikit Merasa Lega

Aku benar-benar rindu

Bukan pada tertentu

Tapi pada yang berlalu

Serasa hilangkan dahaga di sahara

Mimpi terasa lebih indah

Daripada hari-hari nyata

Beban dipikul ke tujuan tanpa arah

Jika Kau Benar Ada

Jika kau bertanya yang sebenarnya

Maka hendak kujawab yang sebenarnya

Jika kau benar ada

Teman Pagi

Tak jingga mentari pagi,

Kurang nikmatnya teh pagi,

Tapi tetap mengisi jiwa nan sepi,

Maukah tahu pengganti nikmat yang pergi?

Yakni dengan hadirmu di sisi.

Akupun Tak Punya Alasan

Entahlah. Jawaban yang diriku berikan ketika ia bertanya pada dirinya sendiri. Mengapa tak bisa ia berikan manfaat pada orang banyak, hm, setidaknya orang lain?

Berkutat saja ia pada perasaannya yang tak berujung. Entah dunia mana ia ratapi. Tak kunjung berfokus pada semut di depan mata.

Tetap saja impian lama mengusik langkah kakinya yang sudah berlari dalam kelelahan. Impian lama mungkin bukanlah masalah utamanya kurasa, ada akar-akar yang ikut terbawa, membuatnya menjadi rumit dengan iman yang tak melilit.

Disaat menatap langit sepi di keramaian yang tak bernyawa, kuharap ada do'amu datang bersama angin dan berbisik, kelak langit terlihat pelangi di keramaian yang tak punya kuasa.

Entah siapa yang kudamba. Penting kukuh berubah karena Allah. Karena berita gembiranya bahwa ukhti li akhi.

Hujan Turun Lagi

Di bawah judul di atas kubercerita🎶

Sok banget gue bisa nyanyi😂

Ehh ngomong2 soal nyanyi, gue jadi inget alur kisah hidup gue malam ini.

Kurang lebih jam 7 lewat membentuk sudut kecil 60°, gue menuju suatu tempat dengan niat menambah ilmu. Gue berjalan dengan keraguan, pertama karena di informasinya acara mulai selepas Isya', kedua karena gue sendiri😂 Keraguan itu membuat gue berjalan dengan tingkat waktu tiba paling lambat. Tapi ada aja hikmahnya, gue ketemu qaqa panutan di depan tempat acaranya.

Selesainya acara, hujan vro. Malasnya gue sedia payung sebelum hujan menjadikan tingkat waktu pulang paling lambat. Tapi ada aja hikmahnya, disaat hujan mulai reda dan gue berjalan pulang, one 21 guns throw up your arms into the sky, got some words on cupboard got ur picture in my hand,

Buat yang Katanya Kesepian

I have ur phone number btw😂
I prefer to cantact Allah anyway😂


I let u straight ahead.
I don't let u go.
Hehe..


May we meet by the love of Allah❤

Salam Rindu di Bulan Tua🍃

Kurang lebih satu bulan, hanya menjadi draft, cerita yang ingin kusampaikan padamu.

Kurang lebih 4 tahun ini salam rindu menyesaki kereta kata tak berarah. Hari ini di Bulan Tua kulepaskan rindu padamu wahai bunga yang telah merekah.

Sejenak kuingin bercerita zaman kisah asmara, kuyakin ini takkan masalah bagimu yang tak berharap bahkan secercah.

Hari itu, aku sedang menjadi pemeran layar kaca.

Salam Rindu di Bulan Tua

Rasanya sedang berada di ketinggian rata-rata.

Ah, tapi gue kan belum pernah mendaki gunung yak.

Lega nafas ini rasanya karena jemari telah kembali ke panggungnya.

Gue kangen, pakai banget.